This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 08 Juli 2012

Peradaban Lemuria

Lemuria atau biasa juga disebut Mu merupakan peradaban kuno yang muncul terlebih dahulu sebelum peradaban Atlantis. Para peneliti menempatkan era peradaban Lemuria disekitar periode 75000 SM – 11000 SM. Jika kita lihat dari periode itu, bangsa Atlantis dan Lemuria seharusnya pernah hidup bersama selama ribuan tahun lamanya. Gagasan benua Lemuria terlebih dahulu eksis dibanding peradaban Atlantis dan Mesir Kuno dapat kita peroleh penjelasannya dari sebuah karya Augustus Le Plongeon (1826-1908), seorang peneliti dan penulis pada abad ke -19 yang mengadakan penelitian terhadap situs2 purbakala peninggalan Bangsa Maya di Yucatan.

Informasi tersebut diperoleh setelah keberhasilannya menerjemahkan beberapa lembaran catatan kuno peninggalan bangsa Maya. Dari hasil terjemahan tersebut, diperoleh beberapa informasi yang menunjukkan hasil bahwa bangsa Lemuria memang berusia lebih tua daripada peradaban nenek moyang mereka (Atlantis). Namun dikatakan juga bahwa mereka pernah hidup dalam periode waktu yang sama, sebelum kemudian sebuah bencana gempa bumi dan air bah dasyat meluluh lantahkan dan menenggelamkan kedua peradaban yang sangat maju pada masa silam tersebut. Hingga saat ini,letak dari benua Lemuria pada masa silam masih menjadi sebuah kontroversi, namun berdasarkan bukti arkeologis dan beberapa teori yang dikemukakan oleh para peneliti, kemungkinan besar peradaban tersebut berlokasi di Samudera Pasifik (disekitar Indonesia sekarang).

Banyak arkeolog memepercayai bahwa Easter Island yang misterius itu merupakan bagian dari benua Lemuria. Hal ini jika dipandang dari ratusan patung batu kolosal yang mengitari pulau dan beberapa catatan kuno yang terukir pada beberapa artifak yang mengacu pada bekas-bekas peninggalan peradaban maju pada masa silam. Mitologi turun temurun para suku Maori dan Samoa yang menetap di pulau-pulau disekitar Samudera Pasifik juga menyebutkan bahwa dahlulu kala pernah ada sebuah daratan besar besar di Pasifik yang hancur diterjang oleh gelombang pasang air laut dasyat(tsunami), namun sebelumnya bangsa mereka telah hancur terlebih dahulu akibat peperangan. Keadaan Lemuria sendiri digambarkan sangat mirip dengan peradaban Atlantis, memiliki tanah yang subur, masyarakat yang makmur dan penguasaan terhadap beberapa cabang ilmu pengetahuan yang mendalam. Faktor-faktor tersebut tentunya menjadi sebuah landasan pokok bagi bangsa Lemuria untuk berkembang pesat menjadi sebuah peradaban yang maju dan memiliki banyak ahli/ilmuwan yang dapat menciptakan suatu trobosan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi mereka.

 Patung-patung batu kolosal di Easter Island yang dipercayai para ilmuan masih memiliki kaitannya dengan Lemuria

Seperti banyak dikemukakan oleh beberapa pakar spiritual dan arkeologi, bahwa bangsa Lemurian dan Atlantean menggunakan crystal secara intensif dalam kehidupan mereka. Edgar Cayce seorang spiritualis Amerika melalui channelingnya berkali-kali mengungkapkan hal tersebut. Kuil-kuil Lemuria dan Atlantis menempatkan sebuah crystal generator raksasa yang dikelilingi crystal-crystal lain, baik sebagai sumber tenaga maupun guna untuk berbagai macam penyembuhan.

Berbeda dengan bangsa Atlantis yang lebih mengandalkan fisik, teknologi dan gemar berperang. Bangsa Lemuria justru dipercaya sebagai manusia-manusia dengan tingkat evolusi dan spiritual tinggi, sangat damai dan bermoral. Menurut Edgar Cayce, munculnya Atlantis sebagai suatu peradaban super power pada saat itu membuat mereka sangat ingin menaklukkan bangsa-bangsa di dunia, diantaranya Yunani dan Lemuria yang dipandang oleh para Atlantean sebagai peradaban yang kuat. Berbekal peralatan perang yang canggih serta strategi perang yang baik, invansi Atlantis ke Lemuria berjalan seperti yang diharapkan.

Mungkin karena sifat dari bangsa Lemurian yang menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian menyebabkan mereka kurang menaruh perhatian yang besar terhadap kekuatan militer dan teknologi perangnya, sehingga dalam sekejap kaum Lemurian jatuh dalam invansi bangsa Atlantean. Para Lemurian yang berada dalam kondisi terdesak konon banyak yang meninggalkan bumi untuk mencari tempat tinggal baru di planet lain yang memiliki karakteristik mirip bumi. Ada beberapa sumber yang mengatakan saat ini mereka tinggal di Planet Erra/Terra digugus bintang Pleiades.

Mungkin kisah para Lemurian yang meninggalakan bumi untuk menetap di planet lain ini sedikit tidak masuk akal, tapi perlu kita ketahui bahwa teknologi mereka pada saat itu sudah sangat maju dan penguasaan teknologi penjelajahan luar angkasa mungkin telah dapat mereka realisasikan jauh-jauh hari.Tentunya penguasaan teknologi yang sama pada era peradaban kita ini belum bisa disandingkan dengan kemajuan teknologi yang mereka ciptakan.

Sementara semenjak kekalahannya oleh bangsa Atlantis otomatis wilayah Lemuria dikuasai oleh para Atlantean.  Sampai ahirnya suatu saat daratan itu diterpa oleh bencana yang sangat dasyat yang kemudian menenggelamkannya bersama beberapa daratan lainnya termasuk diantaranya Atlantis itu sendiri.




 Beberapa bangunan & monumen batu yang sampai saat ini masih menjadi misteri ditemukan di bawah laut yonagini, Jepang. Mungkinkah ini bagian dari sisa sisa peradaban Lemuria?


Istana Taifurkhafi di Istanbul, Turki tersimpan selembar peta kuno yang sangat unik. Peta kuno yang terbuat dari bahan kulit rusa (Gazelle skin) ini ditemukan pada awal abad ke-18, sekilas jika dilihat mungkin hanyalah merupakan selembar replika peta daratan dimasa masa lalu. Dalam peta tersebut, hanya kawasan Laut Tengah yang tergambar secara persis, sedangkan kawasan lainnya, seperti benua Amerika dan benua Afrika tergambar sangat berbeda.

Setelah para ilmuwan menelitinya dengan lebih lanjut hasil yang diperoleh sangat mengejutkan, karena ternyata peta kuno ini sebenarnya adalah gambar pandangan udara dari atas angkasa yang sangat detail dan terperinci. Jika disandingkan dengan gambar yang diambil dari pesawat Apollo 8, maka peta kuno Turki ini bagaikan fotokopinya. Gambar perubahan garis besar pada benua Amerika dan Afrika di peta kuno tersebut sesuai dengan gambar yang diambil melalui pesawat Apollo 8. Dan yang lebih menakjubkan lagi adalah bahwa peta kuno itu melukiskan bentuk rumit permukaan bumi kutub selatan yang tertutup lapisan es tebal. Tidak ada perbedaan sedikit pun dengan hasil gambar pemetaan menggunakan fatometer yang dilakukan oleh tim eksplorasi kutub selatan pada tahun 1952 yang mengadakan penyelidikan keadaan bumi di bawah lapisan es.

Lalu siapakah pada masa purbakala yang sudah menguasai teknologi tinggi pemotretan melalui angkasa luar? Dari penemuan peta kuno ini menjadi suatu bukti akan kemajuan pengetahuan ilmu astronomi peradaban masa silam yang sampai detik inipun belum bisa dikuasai oleh manusia-manusia zaman sekarang yang notabene mungkin mempunyai peralatan yang lebih canggih dari mereka. Studi lebih lanjut mengatakan mungkin mereka telah dapat menciptakan suatu trobosan teknologi yang luar biasa pada masa itu, seperti telah melakukan penjelajahan luar angkasa dan pendaratan diplanet lain. Apalagi hal tersebut didukung oleh beberapa penemuan artefak-artefak kuno yang menggambarkan beberapa gambaran imajinasi astronot-astronot pada masa silam. Lalu mungkinkah nenek moyang kita sudah ada yang bermigrasi dan menetap di planet-planet lain yang memiliki karakteristik mirip dengan bumi yang pada saat ini mungkin belum dapat ditemukan keberadaannya oleh para astronom kita? Jikalau benar demikian, apakah ada benarnya juga kisah mengenai bangsa Lemuria yang dikisahkan sebagain penduduknya banyak yang bermigrasi keluar dari Bumi untuk mencari tempat tinggal baru di planet lain ketika diambang kekalahannya dengan bangsa Atlantis pada dahulu kala? hmmmm.... Bersambung :D

Sabtu, 30 Juni 2012

Mengenal Komunitas Orang Jenius di Dunia

ADA sejumlah komunitas orang genius di dunia. Syarat untuk masuk ke kelompok ini pun beragam. Sejumlah ujian pun harus dilakukan agar bisa masuk dalam kelompok manusia berotak brilian ini.

Ada banyak komunitas orang dengan angka intelligence quotient (IQ) tinggi. Biasanya komunitas ini memiliki anggota yang dibatasi pada standar angka IQ tertentu. Mulai pada angka 1% teratas dari populasi, 2%, 5%, atau bahkan hanya 0,001%.

Salah satu komunitas paling tua dan sangat terkenal adalah Mensa Internasional yang didirikan sejak 1946. Mensa Internasional yang berkantor pusat di Inggris didirikan Roland Berril dan Dr Lancelot Ware. Komunitas ini memberlakukan syarat bagi orang yang ingin menjadi anggota, yakni harus memiliki nilai IQ 2% teratas dari populasi. Di Indonesia, organisasi ini terbentuk sejak 1988. Mensa Internasional hingga kini sudah memiliki anggota lebih dari 100.000 orang di lebih dari 100 negara di dunia.

Selain Mensa, komunitas orang-orang dengan IQ tinggi di antaranya Intertel yang didirikan Ralph Haines pada 1966. Sebagaimana dalam situs resminya, dijelaskan sejak berdiri hingga saat ini Intertel memiliki 1.200 anggota yang tersebar di 30 negara. Intertel merupakan komunitas orang-orang dengan IQ 1% teratas dari populasi.

Kemudian ada pula komunitas The International Society for Philosophical Enquiry (ISPE) yang didirikan Dr Christopher Harding pada 1974. Ini merupakan komunitas global untuk bidang ilmuwan dan filsafat yang didedikasikan pada penelitian dan kontribusi lain. Yang bergabung dalam anggota komunitas ini adalah orang-orang dengan IQ 0,1% teratas dari populasi. Pada 1981, Guinness Book of World Records mencatat bahwa ISPE memiliki 239 anggota di mana semua anggota memiliki IQ minimal 160, tidak seorang pun yang berada di bawah angka 148, dan beberapa di antaranya di atas 183. Pada April 2006 keanggotaan semakin berkembang menjadi 583 anggota di 29 negara meskipun mayoritasnya (81,65%) tinggal di Amerika Serikat (AS).

Kemudian ada pula komunitas Prometheus Society and Mega-Society yang didirikan Dr Ronald K Hoeflin pada 1982. Prometheus Society merupakan komunitas orang-orang dengan IQ tinggi yang hampir mirip Mensa, tapi sedikit lebih ketat. Tes masuknya didesain untuk mendapatkan 1 dari 30.000 orang dari populasi, sedangkan Mensa ukurannya 1 dari 50 orang. Anggota komunitas berasal dari beragam profesi mulai dari pimpinan perusahaan (CEO) di firma teknologi tinggi, profesor matematika, pemrogram komputer, doktor fisika, pegawai militer hingga tukang cuci pakaian dan pegawai NASA.

Adapun Mega-Society yang juga didirikan pada 1982 lebih ketat lagi, yakni hanya 1 dari 1 juta orang yang diterima menjadi anggota. Artinya persentase penilaian keanggotaan adalah orang dengan nilai IQ 0,0001% teratas dari populasi.

Secara terperinci, komunitas-komunitas orang cerdas ini di antaranya berupa penilaian 5% teratas dari populasi, yakni 1 dari 20 orang dengan IQ minimal 124 dan 126. Beberapa komunitas yang masuk kategori ini di antaranya, AtlantIQ Society, International High IQ Society, dan omIQami Society. Kemudian komunitas dengan IQ 3% teratas dari populasi atau 1 dari 33 orang dengan IQ minimal 128 atau 130 di antaranya Alta Capacidad Hispana dan Deepbrain Society.

Lalu, komunitas orang cerdas dengan persentase IQ 2% teratas dari populasi dengan IQ minimal 130 atau 132 di antaranya AtheistIQ, BPIQ Society, Encefálica Society, Greatest Minds, High Potentials Society, Ingenium High IQ Society, IQual Society, Mensa International, Mysterium Society, dan Sigma Society. Kemudian komunitas dengan persentase nilai IQ 1% teratas dari populasi atau 1 dari 100 orang dengan IQ minimal 135 atau 137 di antaranya Chorium, El Ateneo Society, Intertel, The Mind Society, Top One Percent Society, dan UNIQ Society.

Beberapa komunitas memberlakukan mekanisme lebih ketat mulai nilai IQ hanya 0,5% teratas dari populasi hingga 0,00003% teratas dari populasi. Di antaranya untuk 0,5% teratas dari populasi adalah sama dengan 1 dari 200 orang dengan IQ minimal 139 dan 141, yakni Colloquy, Genius Society, dan Poetic Genius Society. Adapun komunitas dengan presentasi nilai IQ 0,37% teratas dari populasi atau setara dengan 1 dari 270 orang dengan nilai IQ minimal 140 dan 143 di antaranya HispanIQ International Society dan Infinity International Society.

Komunitas dengan presentasi IQ 0,3% teratas dari populasi setara dengan 3 dari 1.000 orang dengan nilai IQ minimal 141 dan 144 adalah Cerebrals Society. Adapun komunitas dengan presentasi nilai IQ 0,2% teratas dari populasi atau setara dengan 1 dari 500 orang dengan IQ minimal 143 dan 146 adalah ePiq Society dan Neurocubo. Orang-orang dengan nilai IQ 0,13% teratas dari populasi atau setara dengan 13 dari 10.000 orang dengan nilai IQ minimal 145 dan 148 bergabung dengan komunitas Artistic Minds Society dan CIVIQ Society.

Komunitas dengan nilai IQ anggota 0,1% teratas dari populasi atau setara dengan 1 dari 1.000 orang dengan nilai IQ minimal 146 dan 149 di antaranya, Glia Society, International High IQ Society Milenija, International Society for Philosophical Enquiry, IQuadrivium Society, LOGIQ Society, One-in-a-Thousand Society, dan Triple Nine Society. Komunitas dengan nilai IQ 0,09% atau setara 9 dari 10.000 orang dengan nilai IQ minimal 147 dan 150 adalah komunitas Ludomind Society.

Orang-orang dengan presentasi IQ 0,07% teratas dari populasi atau setara dengan 7 dari 10.000 orang dengan nilai IQ148 dan 151 tergabung dalam komunitas ISISociety. Nilai IQ 0,06% teratas dari populasi atau setara dengan 3 dari 5.000 orang dengan nilai IQ minimal 149 dan 152 berada dalam wadah komunitas Epida. Sedang sPIqr adalah komunitas bagi orang dengan nilai IQ 0,02% teratas dari populasi atau setara dengan 1 dari 5.000 orang dengan nilai IQ minimal 153 dan 157.

Nilai IQ 0,009% teratas dari populasi atau setara dengan 9 dari 100.000 orang dengan nilai IQ 156 dan 160 menjadi syarat bagi orang yang ingin bergabung dengan komunitas Coeus, Hall Of The Ancients, dan Vertex. Komunitas yang mensyaratkan nilai IQ 0,003% teratas dari populasi atau setara dengan 3 dari 100.000 orang dengan IQ 160 dan 164 diantaranya Epimetheus Society, ERGO Society, HELLIQ Society, Prometheus Society, dan Tetra Society.

Jika Anda adalah seorang paling cerdas diantara 100.000 orang atau dengan presentasi 0.001% teratas dari populasi dengan nilai IQ minimal 164 dan 168 bisa bergabung di komunitas The Ultranet. Lebih ketat lagi adalah komunitas dengan presentasi nilai IQ 0,0001% teratas dari populasi atau setara dengan 1 dari 1 juta orang dengan nilai minimal 172 dan 176 adalah diantaranya komunitas GenerIQ Society, Incognia, Mega Society, Omega Society, dan Pi Society.

Terakhir adalah yang paling ketat dengan presentasi 0.00003% atau setara dengan 1 dari 3,5 juta orang dengan nilai IQ minimal 175 dan 180. Komunitas orang-orang ber IQ tinggi biasanya menyediakan tes IQ sendiri yang dikoordinasikan oleh komunitas masing-masing. Selain itu mereka juga menerima tes IQ lain yang sudah terstandarisasi untuk dikonversi menjadi nilai mereka. Beberapa kriteria tes IQ biasanya berbentuk nomor, spasial, verbal, dan lainnya.

Kecuali menggunakan bahasa sebagai materi tes yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya deviasi dalam penilaian, Sebab bahasa sangat terkait dengan latar belakang di mana seseorang tinggal sehingga materi tes dalam bentuk angka dan gambar dianggap lebih universal dan dipahami banyak orang di dunia. Artinya standar tes yang dilakukan di satu negara tidak berbeda dengan di negara lain dengan kemungkinan meraih nilai IQ yang sama tidak dibatasi latar belakang budaya, geografi, atau faktor penghambat lain.

Minggu, 04 April 2010

Tentang Anak Indigo

Sebetulnya di Indonesia, khususnya di Jakarta, dalam beberapa tahun terakhir banyak media massa yang mengulas tentang anak-anak Indonesia yang memiliki indera keenam atau disebut juga memiliki “mata ketiga”.

Dalam bahasa populernya disebut indigo child atau sixth sense karena anak-anak tersebut punya ciri-ciri khusus yang agak berbeda dengan anak-anak kebanyakan. Nanti kita akan melihat apa saja ciri-ciri tersebut.

Majalah remaja Hai tahun lalu sudah mengupas tentang indigo child lengkap dengan beberapa contoh anak-anak yang berhasil diwawancara termasuk beberapa artis remaja kita yang menceritakan suka duka punya karunia semacam itu karena ada sebagian orang yang menganggap kemampuan itu bukan sebagai karunia, tetapi sebagai masalah kutukan. Kenapa sampai itu terjadi begitu? Kita lihat ceritanya di bawah ini.

Berbeda dengan anak yang mendapat predikat jenius yang kemampuan otak mereka luar biasa pintar dan menjadikan mereka menonjol dalam prestasi belajar, dan selalu dipastikan selalu menduduki peringkat satu di kelas bahkan di angkatannya, anak-anak yang termasuk indigo child dalam kehidupan sehari-hari bisa terkesan biasa-biasa saja dalam segi prestasi, bahkan ada beberapa yang harus tinggal kelas.

Itu sebenarnya bukan berarti indigo child anak yang ber-IQ rendah, malah sebaliknya kalau diperiksa bahkan IQ mereka banyak yang sangat tinggi, setaraf, bahkan lebih dari, IQ anak jenius. Nah di mana masalahnya, kenapa mereka bisa berbeda. Indigo child kebanyakan malas belajar dan kurang ambisi, bahkan beberapa anak mengeluh sering sakit kepala karena banyak hal yang mereka tidak mengerti berada di pikiran mereka.

Walaupun akhirnya kita melihat banyak juga anak indigo memang bisa mencetak prestasi bintang menyamai anak-anak jenius.

Seperti kita ketahui, manusia umumnya memunyai lima indera, tetapi apa sih yang dinamakan indera keenam, sampai lahir istilah itu. Kata indigo sendiri diambil dari nama warna yaitu indigo, yang dikenal sebagai warna biru sampai violet. Bagaimana hubungan warna itu dengan anak-anak yang mendapat julukan tersebut dan diketahui memiliki indera keenam, Indera yang dimaksud adalah intuisi, semua orang sebetulnya memiliki intuisi tetapi khusus anak indigo mempunyai intuisi yang luar biasa tajam di atas kemampuan orang kebanyakan.

Mereka demikian peka seperti halnya anak jenius mempunyai kepintaran di atas rata-rata, demikian juga anak indigo mempunyai intuisi luar biasa tajam.

Dalam literatur kesehatan seperti yoga, prana, autohipnotis, meditasi dan sebagainya dikenal bahwa manusia selain mempunyai fisik yang bisa dilihat dan diraba juga mempunyai tubuh halus yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang berbakat kewaskitaan, yaitu orang yang extra sensory perception (ESP)-nya berkembang dengan baik karena tubuh halus itu berbentuk energi sinar berada di bawah empat oktaf dari kemampuan mata kasat melihat.

Mata kasat sendiri hanya mampu melihat warna pelangi, yaitu dari ungu sampai merah. Sedangkan badan halus itu berada di bawah warna merah termasuk far infra red ray (FIR) dengan panjang gelombang sekitar 12-6 mikron, frekuensi 60-120 Hz, dan orang awam mengenalnya dengan sebutkan aura. Yaitu, sinar elektro-magnetik dari tubuh. Sinar elektromagnetik yang memancar dari tubuh seseorang berbentuk elips mengelilingi tubuh fisik, kualitas warna dan kepadatannya mengindikasikan kesehatan dan karakter seseorang.

Untuk mengetahui apa warna sinar elektromagnetik yang dikenal sebagai aura, kini orang tidak perlu menunggu sampai mempunyai kemampuan ESP yang dikenal juga dengan istilah “mata ketiga”. Di Jakarta sudah ada mesin foto aura generasi akhir yang disebut Aura Video Station.

Di situ kita bisa melihat secara langsung di layar monitor energi sinar elektromagnetik atau aura itu bergerak membentuk selubung dari tubuh fisik sesuai dengan tingkatan kesehatan dan emosi seseorang yang diproyeksikan dengan warna. Nah, warna anak indigo sementara ini berdasarkan fakta yang terkumpul umumnya berwarna biru sampai violet sebagai dominasi dari aktifnya cakra keenam, yang juga disebut cakra “mata ketiga”.

Berikut ini kita akan melihat apa itu cakra dan dari mana kaitan warna itu dengan intuisi tajam yang menjadikan seseorang berpredikat indigo dengan ketajaman intuisinya.

Di tubuh halus manusia yang disebut juga tubuh bioplasmik diketahui punya pintu-pintu energi. Kesehatan pintu-pintu energi itulah yang mendasari energi elektromagnetik (aura) seseorang dan warna yang tertangkap sebagai pancaran sinar elektromagnetik itu adalah hasil dominasi keaktifan pintu-pintu energi tersebut. Pintu-pintu energi itu disebut cakra diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti roda yang berputar.

Dalam literatur Yoga dikenal tubuh bioplasmik seseorang punya pintu-pintu energi yang berjumlah sekitar 360 dan terdiri dari pintu-pintu besar, sedang, dan kecil. Tetapi yang sangat berperan menghasilkan warna aura adalah pintu-pintu besar, dan dikenal dengan sebutan cakra-cakra utama yang berjumlah tujuh dan punya nama dan warna tertentu, serta memberi intensitas energi sendiri-sendiri pada tiap wilayah kesehatan organ dari tubuh fisik itu sendiri yang dijabarkan sebagai berikut.
  1. Cakra dasar warna energi merah bertanggung jawab untuk kesehatan tulang dan otot di tubuh fisik dan memberi energi pada semangat hidup seseorang.
  2. Cakra kedua warna energi oranye bertanggung jawab untuk kesehatan organ-organ reproduksi dan memberi energi pada kemampuan berinteraksi dengan sesama.
  3. Cakra ketiga warna energi kuning bertanggung jawab untuk kesehatan organ-organ reproduksi dan memberi energi pada ambisi seseorang baik positif maupun negatif.
  4. Cakra keempat warna energi hijau bertanggung jawab pada semua organ yang berada dalam rongga dada dan memberi energi pada timbang rasa perasaan seseorang.
  5. Cakra kelima warna energi biru bertanggung jawab pada organ dalam rongga leher termasuk telinga, hidung dan tenggorokan (THT) dan memberi energi pada kemampuan seseorang dalam berinteraksi dan berkomunikasi, juga berkreativitas halus seperti melukis, dan menulis.
  6. Cakra keenam warna energi indigo disebut juga nilai yang bertanggung jawab pada seluruh organ dalam rongga kepala termasuk pancaindera dan memberi energi pada kepekaan intuisi dan ketajaman perasaan (felling) untuk hal-hal abstrak, seperti berpikir cepat.
  7. Cakra ketujuh warna energi violet bertanggung jawab pada semua organ di kepala, khususnya otak dan memberi energi pada sikap seseorang berhubungan dengan keillahian.

Jadi, jelas bukan indigo child memiliki ketajaman intuisi karena dari sinar elektromagnetik tubuhnya saja, yaitu auranya yang hampir seluruhnya merupakan tanda keaktifan yang lebih dominannya pintu energi yang satu itu yakni cakra mata ketiga yang terindikasikan mengeluarkan energi berwarna indigo.

Umumnya orang yang berbakat sebagai indigo sudah tampak sejak lahir, bahkan kenyataan sebagaimana umumnya juga merupakan karunia yang turun-temurun. Jadi, secara alami mereka memang punya karunia itu dan ketajaman intuisinya berlainan satu dengan yang lain.

Ada yang sangat peka sampai bisa mempunyai penglihatan menembus ruang dan waktu, misalnya sambil mengadakan hubungan telepon dia bisa menebak lawan bicaranya pakai baju warna apa atau sambil ngemil apa, juga mempunyai penglihatan akan kejadian-kejadian yang lalu atau yang akan datang dan keahlian seperti ini dimiliki orang yang dijuluki paranormal.

Tetapi, ada juga yang hanya bisa merasakan kenyamanan suatu tempat atau lebih bisa membaca “pikiran orang”, ada juga yang bisa mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dia pelajari sebelumnya, seperti keahlian olahraga tertentu, menulis, melukis sampai menjadi ahli tata rambut terkenal dsb.

Ada sebagian orang yang berubah menjadi indigo child dan memiliki segala kelebihannya karena terbebas dari suatu penyakit berat atau kecelakaan parah yang biasanya secara medis sudah dinyatakan tidak ada harapan hidup lagi, tetapi tahu-tahu bisa kembali sehat normal dan menjalani hidup seolah baru terbebas dari kematian dan mempunyai kemampuan intuisi tajam, bahkan jadi bisa memunyai keahlian-keahlian khusus, seperti jadi terapis/ pengobat dengan kemampuan khusus/tabib tanaman obat dan sebagainya.

Menangani Anak-anak Indigo

Umumnya anak Indigo berkepintaran tinggi, walaupun tidak bisa diukur dengan prestasi sekolah dengan ukuran peringkat. Mereka punya kemampuan berpikir, berdialog setingkat orang dewasa. Jadi, hati-hati kalau berhadapan dengan seorang indigo jangan mengukur kemampuan berpikir mereka dari usia dan pendidikannya. Terkadang apa yang tidak sampai dalam alam pikir kita sebagai orang dewasa, indigo bisa mencapainya. Jadi, terkesan ia banyak akalnya dan banyak maunya, menjadikan mereka suka dicap sebagai anak kecil “sok tahu” atau kalau orang dewasa dicap sebagai orang sombonglah karena suka menganggap lawan berdialog “telmi” (telat mikir).

Anehnya apa yang mereka mau, umumnya akan didapatkan dengan mudah dan terkesan tidak masuk akal. Misalnya, anak indigo merengek pada mamanya minta kue kesukaannya, tetapi karena banyak hal sang mama tidak bisa memberinya, dia menangis sambil sesumbar kalau hari ini dia pasti mendapatkan kue tersebut dan dengan tegas dia katakan berulang-ulang pasti akan mendapatkannya!

Sang Mama hanya menghela napas di dalam batin berguman sendiri, yang mengatakan walaupun kamu menangis memangnya siapa yang mau memberikan kue kesukaanmu? Tetapi, apa yang terjadi, sore hari sang ayah pulang sambil membawa kue yang dinanti dan ayah mendapatkannya sebagai oleh-oleh dari seorang relasi yang berkunjung ke kantor. Nah kebetulan bukan!. Jadi, jangan menyepelekan tekad mereka untuk mendapatkan.

Indigo banyak yang memunyai kemampuan di luar nalar. Misalnya, dia bisa melihat dan berdialog dengan teman-teman di alam lain yang tidak bisa dilihat orang lain atau mendadak piknik keluarga yang sudah dirancang matang jauh hari sebelumnya hanya karena dia merasakan akan mendapat rintangan atau kecelakaan dalam perjalanan, jadi batal.

Nah itulah dilema bagi lingkungannya karena kalau intuisi sang indigo dipercaya, batallah piknik keluarga hanya karena perasaan yang tidak berdasar. Tetapi, kalau ditentang juga sudah ada rasa takut bahwa itu adalah firasat dan semua bisa saja terjadi. Akhirnya indigo juga dikecam sebagai “biang kerok” lah, bahkan ada yang menganggapnya sebagai orang sakit jiwa sampai-sampai diharuskan bahkan dipaksa untuk mau diterapi psikiater.

Ada seorang remaja datang menangis sambil bertutur bahwa dia bukan mengkhayal, atau gila seperti yang orangtuanya tuduhkan kepadanya. Yaitu bahwa dia betul-betul melihat makhluk-makhluk pengganggu yang selalu mendatanginya dan menyebabkan salah satu anggota keluarga tersebut sakit berat.

Dia katakan kenapa sering melempar barang-barang dalam kamar atau di ruang lain dalam rumah hanya karena dia melihat dan ingin mengusir makhluk-makhluk menyeramkan yang dilihatnya dengan lemparan tersebut, tetapi sang ibu yang merasa sebagai keluarga yang taat dalam beragama kalau sampai mempercayai hal-hal yang dituturkan anaknya adalah sesuatu yang memalukan.

Karena itu, sang ibu berkilah mana ada makhluk halus (setan) yang berani mengusik keluarganya, padahal mereka taat beribadah, rajin berdoa dan sebagainya. Akibatnya vonis yang dianggap tidak waras dan ditempatkannya “sementara” dia untuk dirawat di Klinik Rehabilitasi Jiwa di Jawa Timur. Katakanlah sungguh sangat beruntung kalau anak indigo lahir di tengah-tengah keluarga yang memang punya karunia itu atau paling tidak memahaminya, seperti ibu yang penulis kenal baik, sang ibu bertutur kalau dia dulu sering dimarahi, bahkan dipukul karena sang mama yang panik ketakutan karena diteriaki banyak makhluk kecil yang menyeramkan merambat di tubuh sang mamanya.

Sekarang anak tersebut sudah menjadi seorang ibu yang berputra-putri tiga orang dan semua seperti dirinya, putri terbesar memunyai ketajaman intuisi yang luar biasa sampai-sampai semua program yang dibuatnya hampir selalu gol. Misalnya masuk sekolah dengan uang bayaran yang jauh di bawah teman-temannya supaya uang yang diberikan ayahnya tersisa untuk membeli barang-barang khayalannya.

Anehnya, jumlah angka rupiahnya bisa persis yang dia rancang dan putri itu punya kharisma yang bisa membuat teman-teman mau membantu apa saja keperluannya mulai dari hal-hal sepele sampai hal-hal yang besar dan repot.

Putra kedua seperti ibunya melihat makhluk-makhluk halus berkeliaran dan membuatnya mendapat julukan “si penakut” karena selalu minta ditemani kalau masuk ruangan yang dia katakan makhluknya jail dan dia takut sendirian. Tetapi, karena sang ibu dulu juga mengalaminya, keadaan “lebih beres” daripada mempunyai ibu yang tidak melihat dan tidak percaya bahkan memvonis gila.

Putra ketiga memiliki intuisi tajam seperti kakak pertamanya dan suka menjadi mitra bersama ibunya untuk memprogram keinginan-keinginan mulai dari mendapatkan tempat parkir yang gampang di mal-mal yang ramai sampai mendapatkan barang-barang keperluan yang sulit didapat, sehingga bisa didapat dengan mudah karena hanya mereka berdua menyatukan pikiran untuk mendapatkannya. Tinggal sang ayah yang sering dibuat bengong dan sering diteriaki “uuh ayah telmi deh”.

Coba kita lihat di film-film barat bagaimana pihak kepolisian merekrut orang-orang indigo yang disebut juga cenayang untuk membantu mengungkap kejahatan yang pelik untuk diungkap secara nalar normal. Bahkan, ada sekolah-sekolah atau perkumpulan khusus untuk orang dengan bakat itu. Teman penulis mendapatkan gelar S3-nya dari Amerika untuk bakatnya itu dan merasa sangat bahagia karena toh sekarang dengan karunianya dia bisa membantu sesama dan memerlukannya.

Di Amerika, anak jenius yang ditulis oleh Ibu Theresia Sujanti tersebut langsung ditangani dan diangkat jadi aset negara. Tetapi, di Indonesia perhatian untuk anak jenius saja masih tanda tanya, apalagi untuk anak indigo yang sering dicemooh “ada-ada saja”.

Nah, sangat disayangkan bukan, diharapkan ada yang mau memelopori dan mendanai untuk membuat klub khusus supaya mereka bisa menarik manfaat dari karunianya. Tidak sedikit anak indigo yang kebingungan dengan kemampuannya menjadi frustrasi dan akhirnya menempuh jalan yang salah dalam mengarungi hidup ini, seperti terjebak dalam pemakaian narkoba karena ingin menghilangkan apa saja yang mereka alami dari lingkungannya yang selalu mencemooh dan mengecapnya sebagai orang miring, anak kacau, anak pembangkang dan sebagainya.

Mungkin bagi orang yang tidak mengalami akan terus mencemooh, tetapi penulis yakin di Jakarta saja banyak orang yang masuk kategori indigo child, bahkan beberapa orang yang punya nama besar dengan keahliannya yang memadai, seperti seorang psikiater anak, psikologi, dokter, dosen, guru atau siapa saja yang mau memikirkan masa depan anak-anak, diharapkan untuk membantu mendirikan klab khusus untuk anak-anak itu, dan memberi pengarahan yang benar, agar keadaan anak indigo yang frustrasi tidak menimbulkan kejengkelan, kekacauan keluarga atau “keaiban keluarga” karena dianggap punya anak cacat, yaitu sakit jiwa sungguh memalukan.

Jangan menutup kemungkinan bahwa mereka semua bisa berguna bagi kepentingan umum dengan bakat-bakatnya. Setahu penulis untuk orang dewasa di Jakarta sudah ada klub metafisika yang mengadakan kegiatan berkumpul untuk berdiskusi di kalangan mereka sesama anggota dan diadakan sebulan sekali bertempat di suatu hotel di bilangan Jakarta Selatan, tetapi untuk anak sampai remaja sangat diharapkan dan dinantikan terwujudnya klab tersebut.